|
" Bencana di Jayapura 2018 " |
Apa yang terjadi atas kami, milik
pusaka kami beralih kepada orang lain, kekayaan alam kami kepada orang Asing.
Oh Tuhan sungguh pudar emas murni dari gunung cendrawasi itu berubah, anak-anak papua yang berharga, yang setimbang dengan emas tua sungguh mereka dianggap
belangga-belangga tanah buatan tangan tukang periuk. Kejut dan jerat menimpa kami,
kemusnahan dan kehancuran. Air mata mengalir bagaikan batang air karena
keruntuhan dan keadaan yang terjadi terhadap bangsa kami. Air mata terus
bercucuran, dengan tak henti-hentinya hingga mataku terasa perih oleh sebab
penindasan,pembunuhan, penganiayaan dan pemenjaraan yang terjadi atas bangsaku.
Air kami, kami minum dengan
membayar. Kami mendapat kayu dengan bayaran. Kami menjadi lemah diatas tanah
air kami. sebab tak bisa menjadi tuan di atas tanah kami sendiri. mereka memperkosa wanita-wanita di bumi cenderawasih. Pemimpin-pemimpin di
bunuh oleh senjata mereka. para tua-tua tidak di hormati. mereka mengintai
langkah-langkah kami sehingga kami tak dapat berjalan di lapangan-lapangan kami
seperti burung kami di buru-buru oleh mereka yang menjadi seteru tanpa sebab.
mereka memburu kami di atas gunung-gunung, ,menghadang kami di hutan-hutan. Pemuda-pemuda
ditangkap dengan berbagai alasan hingga diadili tanpa bukti yang kuat. karena
itu hati kami jadi sakit, karena inilah mata kami jadi kabur. lenyaplah
kegirangan hati kami, tari-tarian berubah menjadi perkabungan. karena bukit
papua yang rimba dimana anjing-anjing hutan berkeliaraan di bumi cenderawasih
hingga kami tak bisa bergerak banyak bahkan jumlah mereka lebih banyak
dibandingkan kami sehingga hidup kami selalu di bawah tondongan senjata dan
sepatu laras.
Ya Tuhan kami memanggil nama-Mu dari
penjajahan. Engkau mendengar suara kami, janganlah Engkau tutup telingga-Mu
terhadap keluh kesah kami dan teriak tolong kami. Engkau telah melihat
ketidakadilan terhadap bangsa kami, Tuhan berikanlah keadilan. Mengapa Engkau
membiarkan kami ditindas, di bumi cenderawasih ini dari dulu sampai sekarang, bawahlah
kami kepada Papua yang baru, kami rindu meminum dari sumber air yang jernih bagaikan Kristal dari
gunung kami, kami rindu memakan makanan sajian dari olahannya mama-mama kami
sendiri, kami rindu duduk dan berjalan-jalan dalam hutan kami, kami rindu Tuhan
membawa kami dan menempatkan kami atas tanah kami sendiri (Papua New Land).