Tentang saya:
Nama saya Nur
Kogoya, Lahir pada tanggal 09 juni 1995 di Kulia, Saya di lahirkan dari
Ayah dan Ibu dan dibesarkan di
Kulia atau golomo, Ayah saya Kegorak Kogoya dan Ibu saya Igalekwe Jigibalom, dalam satu keluarga kita ada (9)
Sembilan bersaudara,yaitu (7) Perempuan dan (2) Laki-laki, dan (3) perempuan
sudah telah meninggal dunia seketika saya masih kecil, dan saya adalah anak
yang paling terakhir atau bungsu di antara Sembilan bersaudara, saya di
besarkan Ayah dan Ibu di golomo penuh dengan lelumpuran atau pecak, dan
dibesarkan di Honai yang gelap penuh dengan nyamuk, saya di isi Ibuku di Noken
buatan Ibu dari kulit kayu ( walia ). Saya tak pernah di beri makan-makanan
yang bergizi dari Ibuku, seperti susu kaleng dan makanan lain yang mengandung
bergizi (product foods), tapi saya diberi makan-makanan alami seperti Ubi
atau petatas dan daun-daunan lainnya (tradisional foods), Namun itulah sebuah
perjuangan seorang Ibu kepada anaknya, semua pengorbanan Ibu ku tak bisa ku
balas dengan harga apapun, tetapi ku hanya bisa melakukan kebaikan kepadanya.
Semua pengorbanannya Tuhan yang membalas-Nya, dan ku harap Ayah dan Ibuku
harwanya disisi_Nya, Sang Pencipta-Nya. Akhir kata TERIMA KASIH Ayah dan Ibu.
Tentang Ayah dan Ibu:
Ayah dan Ibuku sangat ramah pada ku, kadang saya membuatnya jengkel , marah dan tak turuti apa yang di perintahkannya, tetapi mereka hanya bisa memberi aku nasehat dan motivasi, supaya saya bisa melakukan apa yang di perintahkannya, dan mereka adalah orang-orang yang di besarkannya dalam situasi zaman nenek moyong, sehingga mereka tidak bisa marah , kadang mereka bertengkar tapi tidak terlalu, itulah ku dapat melihatnya. Mereka adalah orang yang hebat bagi ku, mereka adalah pakhlawan bagi ku, Terima Kasih Ayah dan Ibu yang telah melahirkan aku dan yang telah membesarkan aku. Dan semakin saya bertumbuh dan usianya semakin menambah, saya dapat memimpin diri ku sendiri dan saya sadar semua nasehatnya yang pernah diberi Ayah dan Ibuku. Dan saya bisa menggigat semua kata-kata dan nasehatnya walau tidak semuanya teringgat.
Ayah dan Ibuku sangat ramah pada ku, kadang saya membuatnya jengkel , marah dan tak turuti apa yang di perintahkannya, tetapi mereka hanya bisa memberi aku nasehat dan motivasi, supaya saya bisa melakukan apa yang di perintahkannya, dan mereka adalah orang-orang yang di besarkannya dalam situasi zaman nenek moyong, sehingga mereka tidak bisa marah , kadang mereka bertengkar tapi tidak terlalu, itulah ku dapat melihatnya. Mereka adalah orang yang hebat bagi ku, mereka adalah pakhlawan bagi ku, Terima Kasih Ayah dan Ibu yang telah melahirkan aku dan yang telah membesarkan aku. Dan semakin saya bertumbuh dan usianya semakin menambah, saya dapat memimpin diri ku sendiri dan saya sadar semua nasehatnya yang pernah diberi Ayah dan Ibuku. Dan saya bisa menggigat semua kata-kata dan nasehatnya walau tidak semuanya teringgat.
Saya ditinggalkan:
Saya berusia (12) Dua belas Tahun, sehabis tamat SD Impres Libome Kec.Pirime Kab. Lanny Jaya Prov. Papua Tahun 2005-2006, saya di bawa kaka perempuan yang pertama di daerah DKI Yahukimo pada Tahun 2006, dan beberapa bulan kemudian dengar berita duka bawa ibumu telah meninggal, tetapi semuanya itu rencana dari pada-Nya. Dan Ayah saya Juga telah meninggal ketika saya duduk di bangku SMA kelas (2) dua tahun 2009, dan saya tak pernah patah semangat dan merasa kehilangan namun sebagai anak yang di tinggalkan Ayah dan Ibu. Sebagai anak yatim saya merasa sedih, namun dalam kesedihan itu, saya tidak mau tinggal dalam kelemahanku, namun saya tetap memiliki tekat untuk berjuan sama seperti yang ditempuh oleh manusia pada umumnya. Saya akan berjuan mengejar impianku namun kalau Tuhan berkat waktunya sudah cukup, maka saya akan berhenti, tetapi kalau Tuhan masih belum berkata waktu cukup, maka aku tetap berjuan mengejar impianku sampai mendapatkannya.
Saya berusia (12) Dua belas Tahun, sehabis tamat SD Impres Libome Kec.Pirime Kab. Lanny Jaya Prov. Papua Tahun 2005-2006, saya di bawa kaka perempuan yang pertama di daerah DKI Yahukimo pada Tahun 2006, dan beberapa bulan kemudian dengar berita duka bawa ibumu telah meninggal, tetapi semuanya itu rencana dari pada-Nya. Dan Ayah saya Juga telah meninggal ketika saya duduk di bangku SMA kelas (2) dua tahun 2009, dan saya tak pernah patah semangat dan merasa kehilangan namun sebagai anak yang di tinggalkan Ayah dan Ibu. Sebagai anak yatim saya merasa sedih, namun dalam kesedihan itu, saya tidak mau tinggal dalam kelemahanku, namun saya tetap memiliki tekat untuk berjuan sama seperti yang ditempuh oleh manusia pada umumnya. Saya akan berjuan mengejar impianku namun kalau Tuhan berkat waktunya sudah cukup, maka saya akan berhenti, tetapi kalau Tuhan masih belum berkata waktu cukup, maka aku tetap berjuan mengejar impianku sampai mendapatkannya.
Bigrafi ini saya sangat terharuh krn perjalanan ini juga, pernah saya lewati ketika aku masih di kampung halaman.
ReplyDelete