Siang ini
kurasa perih menggores hati, segenap tawa terbungkam mati, sejuta asa terbunuh sepi, raga pun tak sanggup berdiri. Kemana harus
ku melangka, semua jalan terasa berduri. Dimana harus ku cari kebahagiaan
sejati, di hulu dunia tiada ku temui, siang ini pikiranku kalut, bersemayam di
ujung maut, tiada tali cinta yang dapat dirajut, hanya amarah yang kian
menyulut, Pergilah risauku bagai kentut seperti angin begitu saja, agar jalan
hidupku tak lagi semrawut, Ku berdoa sembari bersujud, agar motivasiku tidak
akan pernah hilang dan surut, berjuan dan berjuan sampai titik pengabisan darah
kalau tidak sampai TUHAN berkata waktunya pulang N.K, sampai aku berakhir
hidup,,,,oh…aku bingun dari hara manakah aku datang semua pintu dan semua kalut
telah tetutup, aku mau melangka tapi aku sadar daya tanganku pendek dan ku
sujud berpasra kepada TUHAN saja.
Aku rindu ayah dan ibu
yang telah lama pergi tak ku jumpa dan aku tau Doa Ibu ku sujud di kakiku. Itu sebabnya mengapa harus begini kadang ku
tanya pada diriku, tapi semua di jalani saja karena semuanya akan menjadi
pengalaman yang berarga bagiku, pengalaman pahit yang tak pernah ku bayangkan
selalu melalu liar di depan mata ku seperti bintang-bintang di langit.
Kadang-kadang ku merasa diriku
seperti sebuah daun,sebuah daun sewaktu bisa bertahan terus bertahan pada dahan
pohonnya. semakin kokoh dengan daun yang lain dan seketika angin bertiup
bersorok-sorai bersama dan bersukacitanya. Namun tiap hari tiap saat suaca
mulai berubah, daun pada pohon itu akan menjadi kering dan jatuh ke tanah. Dan
di ampar angin kian kesini dan kesana dan akan menjadi tumpuan manusia. Akulah
daun pada dahan pohon itu, suatu saat aku akan menajdi lemah dan rebah jatuh ke
tanah, dan aku akan menjadi debu tanah.