Maut. Sby, 3/25/2019 |
Maut
(kematian) adalah perkara yang paling menakutkan. Maut mengirim orang
ke dalam kegelapan. Maut membuat orang masuk ke dalam alam maut yang
mengerikan. Maut mengakhiri kemuliaan dan kejayaan manusia di dunia ini.
Maut mengakhiri kekuasaan dan kedudukan manusia. Maut mengakhiri
penempuhan hidup dan pengharapan manusia. Maut mengakhiri segala suasana
yang baik dari manusia. Maut merusak perhimpunan antara orang tua,
saudara, suami istri, anak-anak. Maut merusak kebersamaan antara
teman-teman akrab. Maut memutuskan segala cinta, kasih sayang, ikatan
yang hangat antar manusia.
Maut
juga paling kejam: air mata orang tua tidak ia hiraukan, ratap tangis
istri tidak ia perhatikan, jerit tangis anak-anak tidak ia pedulikan,
kepedihan simpati sahabat tidak ia hiraukan, dukacita kenegaraan juga
tidak bisa menggoyahkannya. Ia membiarkan orang menjadi janda yang tiada
sandaran. Ia membiarkan orang menjadi anak yatim. Ia membiarkan
kesedihan yang mendalam dari teman yang akrab dan bijak. Ia membiarkan
orang selamanya terpisah dengan istri dan anak terkasih.
Maut
juga paling kuat. Kekuasaan yang lebih besar pun tidak bisa
menggentarkannya. Uang yang lebih banyak pun tidak bisa menyuapnya. Ilmu
kedokteran yang lebih baik pun tidak bisa menaklukkannya. Rakyat jelata
tidak bisa mengalahkannya. Laksaan raja terhormat pun tidak bisa
mengalahkannya. Orang yang lemah tak bertenaga tidak bisa
mengalahkannya. Orang yang kuat perkasa pun tidak bisa mengalahkannya.
Orang yang tidak terpelajar tidak bisa mengalahkannya. Profesor pandai
pun tidak bisa mengalahkannya. Siapa pun tidak bisa melarikan diri dari
kuasa Iblis, siapa pun tidak bisa keluar dari kuburan. Sungguh
mengenaskan! Sungguh menyedihkan!
Alkitab
menyatakan bahwa yang berkuasa atas maut adalah Iblis. Karena jatuh dan
meninggalkan Allah, maka "seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat"
(1 Yohanes 5:19), jatuh di bawah kuasa maut, kesudahannya tidak
terhindar dari mati; karena "sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu
akan binasa" (Mazmur 73:27). Situasi kondisi manusia yang sedemikian,
sungguh tanpa harapan dan sangat menyedihkan. Akan tetapi, pada Allah
ada belas kasihan. Dia mengutus Anak-Nya, Tuhan Yesus, datang ke dunia,
untuk menyingkirkan perbuatan Iblis. "Untuk inilah Anak Allah menyatakan
diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan (menyingkirkan)
perbuatan-perbuatan Iblis" (1 Yohanes 3:8), membereskan pos sulit
mengenai kematian manusia. Dia terpaku di kayu salib, menyerahkan nyawa,
berdarah, mencuci bersih dosa manusia, juga "melalui kematian-Nya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis yang berkuasa atas maut" (Ibrani 2:14).
Pada hari ketiga, Dia bangkit dari kematian, mengalahkan maut, menembus
alam maut, "sebab dipecahkan-Nya pintu-pintu tembaga, dan
dihancurkan-Nya palang-palang pintu besi" (Mazmur 107:16), supaya
manusia terbebaskan dari penjara maut, terlepas dari kuasa maut Iblis.
Ada negara yang telah mengumumkan dihapuskannya hukuman mati; tetapi itu
hanya bisa menghapus hukuman mati dari aspek hukum, tidak bisa
menghapus maut; hanya menunda sejenak, akhirnya pasti mati.