" Atinus Kogoya, Nopinus Yanengga, Melgo Wenda, Nur Kogoya, Yumin Kogoya " |
Saya adalah orang yang menunduk dan takluk. Yang mengenakan kemeja kerah putih dan dasi korporasi, mengaburkan nilai-nilai yang pernah dengan begitu ideal saya anut. Lantas saya menghabiskan tahun-tahun di depan saya. Berseru, Oh indahnya masa-masa yang penuh kebebasan itu. Namun sebenarnya saya tidak pernah ingin benar-benar kembali. Karena hidup idealis adalah hidup yang sunyi dan sepi. Bangku kuliah tidak mempersiapkanmu untuk berjuang di jalan yang tidak populer itu. Biaya dan keringat yang ku habiskan saat di bangku universitas adalah untuk mempersiapkanmu untuk memperoleh pekerjaan dan jabatan yang membanggakan, kendaraan dengan interior yang empuk dan pendingin yang nyaman, keluarga yang memandangimu dengan penuh cinta karena kebutuhan mereka tercukupkan, jalan-jalan ke Lanny Jaya, Lanny Land—dan bukan untuk membentuk diriku yang seutuhnya. Lihatlah diriku yang sekarang—dan dirimu saat kau masih memiliki sinar itu di matamu.
Kadang-kadang saya merasa jenuh melihat perjalanan pendidikan ini
sungguh panjang, apalagi menuntut membaca buku-buku sesuai jurusan bahkan
buku-buku yang lain sepertinya saya terkuras oleh waktu, tenaga dan pikiran.
Tetapi untuk mendapatkan suatu impian ternyata perlu ada jerih lelah dan kerja
keras, berkerja tidak mengenal waktu itu baik untuk menempuh satu tujuan, oleh
karena itu, saya harus belajar segala hal, saya harus bekerja keras untuk
mendapatkan sesuatu, dan akhir saya berpikir bahwa hidup ini belajar, tidak bias
mengatakan sudah cukup. Belajar menuntut ilmu akan mempersiapkan masa depan
karier, karena melalui pendidikan dipersiapkan untuk bekerja, maka bias dikatakan
bahwa pendidikan mencetak orang untuk bekerja.